Kamis, 01 Mei 2014

Titik Nol

Ketika aku tak mampu lagi merasa
Aku tak sadar yang di inginkan dari bait kehidupan oleh tinta cintanya ternyata ada
Dan aku tak sadar, mengapa aku mudah bergerak dan berpindah meski itu tak lagi serta dengannya
Hatiku tenang, jika aku tak perlu menentang mata saat berpapasan dengannya

Aku bersyukur, melenggang bahagia saya berjalan di tempat yang kutahu tak perlu ada dirinya disana
Hatiku tak sabar bahwa perjalanan ini akan sampai di tepi dan bahwa aku tak bisa melihatnya lagi untuk selamanya dan hanya ada DIA... orang yang berbeda


Hatiku membeku, dingin, semakin tak peduli terhadap rasa

Kelak butuh sedikit lagi hanya untuk beranjak dari sisi yang lama
Aku tak tertipu juga ketika aku tahu, SEPI, RINDU selalu ada
Malah mengubah hati dingin dan beku menjadi kesatuan yang erat adanya





Bukankah itu nasib sebagai kehancuran yang sangat berlebihan?
Kapan waktu itu akan tiba?

Aku tak sadar, mungkin aku sesungguhnya tidak mencintai siapa-siapa 
Cinta di titik nol aku boleh saja lupa, dan tak mengerti seperti apa rasanya
Tapi dingin tak boleh merenggut yang tersisa


Biar saja aku menertawainya, kalau memang cinta itu ada

Akulah yang menentukan dan menikmati hidanganku sendiri di hati dan tak ingin berbagi kepadanya 
Sementara ruang masih tersembunyi, kuputar sebagai permainan untuk memendam saja
Kulakukan sesukaku, aku melihat dan kuputuskan meninggalkan pintu itu bersama kunci yang sudah ada


Hingga kini sebatas ini saja
Aneh ya, aku mencintai tapi menolak untuk memiliki dirinya
Mungkin ku butuh namun tak nampak secara terbuka
Aku hanya ingin seseorang yang tak menyerah dan merasa peka
Menerima apa adanya itulah cinta~

1 komentar:

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

Posting Komentar

.