Ketika aku tak mampu lagi merasa
Aku tak sadar yang di inginkan dari bait kehidupan oleh tinta cintanya ternyata ada
Dan aku tak sadar, mengapa aku mudah bergerak dan berpindah meski itu tak lagi serta dengannya
Hatiku tenang, jika aku tak perlu menentang mata saat berpapasan dengannya
Aku bersyukur, melenggang bahagia saya berjalan di tempat yang kutahu tak perlu ada dirinya disana
Hatiku tak sabar bahwa perjalanan ini akan sampai di tepi dan bahwa aku tak bisa melihatnya lagi untuk selamanya dan hanya ada DIA... orang yang berbeda
Hatiku membeku, dingin, semakin tak peduli terhadap rasa
Kelak butuh sedikit lagi hanya untuk beranjak dari sisi yang lama
Aku tak tertipu juga ketika aku tahu, SEPI, RINDU selalu ada
Malah mengubah hati dingin dan beku menjadi kesatuan yang erat adanya
Bukankah itu nasib sebagai kehancuran yang sangat berlebihan?
Kapan waktu itu akan tiba?
Kapan waktu itu akan tiba?
Aku tak sadar, mungkin aku sesungguhnya tidak mencintai siapa-siapa
Cinta di titik nol aku boleh saja lupa, dan tak mengerti seperti apa rasanya
Tapi
dingin tak boleh merenggut yang tersisa
Biar saja aku menertawainya, kalau memang cinta itu ada
Akulah yang menentukan dan menikmati hidanganku sendiri di
hati dan tak ingin berbagi kepadanya
Sementara ruang masih tersembunyi, kuputar sebagai permainan untuk memendam saja
Kulakukan sesukaku, aku
melihat dan kuputuskan meninggalkan pintu itu bersama kunci yang sudah
ada
Hingga kini sebatas ini saja
Aneh ya, aku mencintai tapi menolak untuk memiliki dirinya
Mungkin ku butuh namun tak nampak secara terbuka
Aku hanya ingin seseorang yang tak menyerah dan merasa peka
Menerima apa adanya itulah cinta~



1 komentar:
Posting Komentar