Bismillahirahmanirahim
Sebuah momen terekam lalu kan ku rangkai dalam kata, agar kita selalu sadar bahwa KELUARGA adalah tempat ternyaman bagaimanapun keadaannya
Kenalkan aku seorang anak perempuan yang hobinya nongkrong bersama teman temanku (pada saat itu), pada saat saya belum menyandang status sebagai "istri". Hari hariku diliputi kesibukan, kuliah sambil mengajar dan saya sangat menikmatinya.
Rasanya baru kemarin saya selalu di telepon tanyakan keberadaan saya di mana, tanyakan soal makan saya sudah atau belumRutin kok teleponannya sampai saya sendiri yang kesal. Kok nelpon mulu sih!
Rasa rindu itu hanya perlu disalurkan baik melalui suara atau bertemu secara langsung.
Itu yang selalu kulakukan ketika awal menikah, menepi juga memojok karena selain diderai rindu, pikiran menyeruak tak sebebas sebelum menikah, merasa sendiri padahal kutak menyadari ada seseorang yang selalu ada sebagai mengganti peran orang tua, melindungi juga mengayomi. Maka dari itu semakin kesini waktulah yang mengajarkan bahwa ada keluarga lain yang harus lebih diprioritaskan, makhluk itu bernama SUAMI.
Berbicara mengenai suami, orang asing yang kini seatap dengan saya, orang asing yang kini menjadi teman berbagi cerita saya, yang sifatnya sudah kelihatan seiring berjalannya waktu, menciptakan suasana nyaman dengan caranya yang sederhana. Betapa tak disangkanya, perasaan itu semakin tumbuh menepis rasa rindu yang selama ini cukup menyiksa.
Seolah tak pernah terjadi, perasaan itu makin matang tak lagi merasa sendiri karena ada suami yang bersedia selalu ada, bersedia mendengarkan. Sampai pada akhirnya saya positif hamil Alhamdulillah, akan ada keluarga baru lagi yang akan menemani, kita cukup menyambutnya dengan baik dan sabar
Setelah 39 minggu penantian, akhirnya lahirlah anak kami, bertambah lengkaplah keluarga kecil kami berkat kehadirannya. Orang tua juga mertuaku tak ketinggalan mereka turut hadir jauh sebelum kelahiran cucunya.
Tak sabar untuk melihat
Tak sabar untuk menimang
Orang tuaku kini berstatus "kakek nenek" ungkapku saat melihat mereka menggendong bayi mungil itu di balik tirai kamar rumah sakit. Betapa bersyukurnya saya, karena Allah masih memberikan nikmat kesehatan untuk bapak ibu saya Alhamdulillah. Mereka terlihat sangat menikmati peran baru tersebut, senyum terpancar dari wajahnya dan saya pun seketika meneteskan air mata kebahagiaan terharu rasanya. Betapa beruntungnya dirimu anakku, engkau di kelilingi orang yang sayangnya begitu tulus hingga tak mampu kuungkapkan secara mendetail.
Tulisan ini hanya gambaran besar, bahwa saya masih mengingat setiap rasa yang terukir dalam ingatan. Intinya kebahagiaan bisa milik siapa saja, termaksud saya sendiri, dan saat ini KELUARGA lah yang menjadi tempat pulang ternyaman di saat kita merasa tidak baik baik saja akibat dunia luar yang begitu menakutkan.
Oleh sebab itu pulang menjadi tujuan karena di sanalah ada sosok yang bergelar Ayah, kapan pun siap menanti untuk memberi dekapan. Ada sosok anak yang menunggu untuk di beri perhatian dan kasih sayang, itulah rumah dalam keluarga Masya Allah Tabarakallah
Semoga kita semua bisa menjalankan dengan baik peran yang diamanahkan. Aamiin








