Hujan kau tak pernah memintaku sebelumnya hingga tindakan yang membekas untuk pertama kali serta kata yang terucap seperti menelan empedu begitu terdengar.
Hujan begitu mencintai tanah begitu bebas begitu menenangkan hingga tibalah saat kau khawatir.
Khawatir akan sesuatu yang tak seharusnya terjadi
Untuk pertama kalinya kau meminta, dan ucapmu padaku :
"lupakanlah angin karena sudah kupastikan ia tidak mencintaimu. Aku mencintaimu, dengarkanlah aku kali ini." seketika kosong hening serta tak bersuara~
Hanya sejenak kemudian aku tersenyum, aku bilang “ya…”
Betapa mudahnya saat aku bilang yaa disisi lain ku ingin keyakinan.. keyakinan yang kokoh tapi pembenaran hujan hampa juga bahwa hatiku berkata
Maka benarlah hujan, teka-teki makin terungkap: bahwa tenyata cinta hanya tumbuh padaku. Cinta ini tidaklah sama, tidak ada cinta yang sama, aku memberi dan ia tak tahu, atau mungkin ia tak akan pernah tahu~
Dan aku hempaskan pada kegetiran, pahit sekali rasanya…
Pikiranku telah lelah berlari, bahkan kerikil mudah menjatuhkan saat melintasinya.
Maka
benarlah hujan, hanya hatiku saja yang sulit mengakui kebenaran hujan :
Mungkin saat hujan bencana bisa saja terjadi berkumpulnya kenangan menjadi satu
Entah mengapa aku percaya pada cinta dan yakin angin memahami.
Ah, maaf hujan
Ini tak semudah yang kau kira, terjebak dalam pikiran yang mencekam
Hujan mengiba karena cintanya padaku. “aku yakin kau sanggup. Ayolah kau kuat dan tak mudah terpuruk"
Aku tahu itu, lupakan angin temui
pelangi inilah sebuah harapan…
Hujan berhenti seketika, meninggalkan senyap tanya, seketika ragu menguap.
Aku serius bertanya, akan adakah pelangi ? nama itu begitu misterius (hatiku berbisik mengingat-ingat sesuatu)





